Benih Lele tersedia di Sokoliman, Bejiharjo
Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Itulah pepatah yang menyemangati Wagiyono untuk terus menekuni usaha budidaya ikan lele. Pembudidaya yang beralamat di dusun Sokoliman 1, desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo tersebut telah 7 tahun melewati pahit getirnya memelihara lele, dan kini mulai menikmati manisnya. Pekarangan sebelah barat rumahnya terdapat 6 petak kolam berbentuk persegi panjang untuk pembenihan lele. Juga terdapat 20 kolam dari tumpukan buis beton untuk menunjang usaha pembesaran lele. Baik usaha pembenihan maupun pembesaran lele, keduanya memberi dampak positif bagi perekonomian keluarga dan 16 anggota kelompoknya.
Wagiyono dan anggotanya yang tergabung dalam kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) “Mina Rejeki” sebelumnya mendapat bantuan paket budidaya lele dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gunungkidul. Bantuan kolam berupa terpal, benih lele, dan pakan tersebut ditempatkan di masing-masing rumah anggota, namun ternyata kurang berhasil. Seiring berjalannya waktu, Wagiyono melalui kelompoknya memutuskan untuk memusatkan kolam kelompok di satu lokasi. Hal ini ditempuh guna memudahkan pengawasan teknis budidaya maupun manajemennya. Setelah diterapkan keputusan tersebut, hasilnya cukup memuaskan. Sedikit demi sedikit kelompok perikanannya mulai menikmati keuntungan dari budidaya lele.
Tidak berhenti di situ, Wagiyono mencoba mengembangkan kegiatannya dengan usaha pembenihan lele. Kegagalan di awal usaha pembenihan tidak mematahkan semangatnya. Mulai dari permasalahan keterbatasan sarana prasarana, keterbatasan sumber air, susahnya mendapatkan cacing sutra untuk pakan benih, serta munculnya penyakit. Beliau tidak menyerah dan terus belajar untuk mengatasinya. Kini produknya mampu mencukupi kebutuhan benih bagi kelompoknya dan bahkan sudah sering benihnya dibeli oleh kelompok lain hingga luar kecamatan.
Saat dipantau oleh pengawas perikanan Kecamatan Karangmojo, Injang Zeffinnado, Wagiyono menunjukkan 5 petak kolam berisi benih lele mulai dari ukur 2-3 cm hingga 5-7 cm. Harga yang dipatok pun dinilai tidak mahal. Kebanyakan pembeli mengambil benih langsung di rumahnya. Namun apabila ada pembeli yang menghendaki untuk dikirim, beliau siap. Tentunya dengan kesepakatan harga yang baru. Di akhir percakapan beliau menuturkan bahwa saat ini beliau dan anggotanya sudah tidak menggunakan obat-obatan kimia dan cukup mengandalkan obat herbal, serta ada garansi untuk pembelian benihnya. (DioMcS.)
Berita Terkait
- BPKIL KKP Periksa Bakteri Kebal Obat di Bejiharjo
- Surveillans Ikan Koi di Ndalem Joglo Kuwarasan
- Ikan Asin Gunungkidul Diuji Formalin
- Pokdakan Mina Muda Mandiri Ikuti Sekolah Lapang Penyakit Ikan
- DKP Serahkan Bahan Ajar Pelatihan Budidaya Ikan Air Tawar (PIWK)