Dinamika Budidaya Lele di Pokdakan Fisha Jaya
Ketika orang menyebut budidaya lele, maka yang muncul di benak kita adalah bayangan air kolam yang keruh dan berbau, serta berwarna hitam atau coklat pekat. Belum lagi lokasi kolam yang berdekatan dengan kandang ternak. Ditambah pula, pakan yang diberikan berupa bangkai ayam atau limbah makanan dan sisa-sisa dapur. Bayangan-bayangan tidak indah ini memang berdasar pada kondisi budidaya lele di hampir semua wilayah, khususnya di wilayah Kabupaten Gunungkidul.
Pemerintah Daerah Gunungkidul melalui Dinas Kelautan dan Perikanan telah dan terus melakukan pembinaan dan pendampingan bagi pelaku usaha perikanan. Salah satu kelompok yang mendapat pendampingan adalah Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Fisha Jaya. Pokdakan yang diketuai oleh Bapak Sugiyanto ini beralamat di Dusun Selang IV, Desa Selang, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Secara resmi, kelompok ini berdiri tanggal 14 Juli 2012 dengan jumlah anggota sebanyak 22 orang.
Pokdakan Fisha Jaya sempat beberapa kali mengalami kegagalan usaha,terutama di tahun pertama. Hal ini membuat anggotanya banyak yang tidak aktif lagi, dan kini tercatat hanya 8 orang yang aktif mengelola kolam. Namun demikian, 8 orang anggota ini kini mulai menikmati buah jerih payah berbudidaya lele. Setiap kali panen hampir bisa dipastikan selalu mendapatkan keuntungan. Bahkan, kolam yang dikelola yang tadinya berjumlah 25 kolam kini terus bertambah. Tak kurang kini ada 35 kolam terpal yang mereka kelola. Metode dan teknik pengelolaannya pun dinilai mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Dimulai dari desain perkolaman, kelompok ini merubah kolam konvensionalnya dan menerapkan teknik dasar perkolaman seperti aplikasi sistem central drain, teknologi pipa ganda dan lain sebangainya. Pengelolaan airnya pun kini telah memanfaatkan probiotik hasil kultur sendiri.
DKP Gunungkidul bersama DKP Pemda DIY pada tahun 2014 pernah melakukan penilaian lomba tingkat provinsi di kelompok ini. Untuk ukuran pokdakan pemula, hasilnya cukup memuaskan, yakni juara 3. Selain penilaian lomba, DKP DIY dengan tim auditornya juga memberikan sertifikat dengan kriteria B atau Good, pada program audit Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB), yang rutin dilakukan tiap tahun. CBIB merupakan bentuk perwujudan berbudidaya ikan yang produknya sehat & aman untuk dikonsumsi, ramah lingkungan, serta ada rekam jejak budidayanya atau mampu telusur/traceability. Bayangan budidaya lele yang di benak kita tidak indah akan sirna bila berkunjung di kelompok ini.
Berita Terkait
- BPKIL KKP Periksa Bakteri Kebal Obat di Bejiharjo
- Surveillans Ikan Koi di Ndalem Joglo Kuwarasan
- Ikan Asin Gunungkidul Diuji Formalin
- Pokdakan Mina Muda Mandiri Ikuti Sekolah Lapang Penyakit Ikan
- DKP Serahkan Bahan Ajar Pelatihan Budidaya Ikan Air Tawar (PIWK)