Berita

Sarasehan Pakan Mandiri dan Alami

Rabu, 23 Januari 2019

Seperti yang telah diketahui, harga pakan ikan pabrikan dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, sedangkan harga jual ikan relatif stabil. Melihat hal tersebut, pembudidaya ikan di Propinsi DIY menggagas untuk membentuk komunitas pakan mandiri. Komunitas ini sudah beberapa kali melakukan sarasehan dan juga penelitan yang berkerja sama dengan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Salah satu pertemuan dilaksanakan Selasa (22/01) di ruang rapat Gurami Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY yang sebelumnya sarasehan serupa dilaksanakan diberbagai lokasi pelaku usaha pembuatan pakan mandiri.

Dalam sarasehan tersebut disampaikan beberapa kendala yang dihadapi, terutama pada : penyusunan formula pakan mandiri yang belum sesuai standar dari hasil uji proximat (uji laboratorium) kandungan bahan pakan ataupun pakan yang sudah dihasilkan. Diketahuinya hasil uji proximat pakan ini dinilai sangat penting untuk menjamin kualitas pakan jika nantinya akan dikomersilkan.

Selain itu disampaikan pula paparan dari salah satu narasumber, Wunuling Shodiq dari Boro, Kalibawang, Kulonprogo. Beliau adalah salah satu pembudidaya pakan alami cacing sutra. Selain pakan untuk pembesaran, yang berupa pellet, cacing sutra adalah salah satu pakan alami yang paling dibutuhkan pada kegiatan pembenihan. Bapak Shodiq yang merupakan mantan pegawai bank ini memilih beralih profesi menjadi petani dan sudah mampu menghasilkan 2-4 liter cacing sutra per hari dengan media sawah seluas 200 m². Di Gunungkidul sendiri sudah ada 2 lokasi budidaya cacing sutra yang di tahun 2018 lalu difasilitasi pelatihan pakan mandiri yaitu di UPR Mina Soka, Soka Ngoro-oro, Patuk dan UPR Mino Unggul, Nologaten, Jurangjero, Ngawen. Walaupun belum bisa menghasilkan cacing sutra dengan kuantitas yang cukup kedua lokasi di Gunungkidul tersebut dinilai sudah mampu memenuhi kebutuhan cacing sutra minimal untuk kelompoknya sendiri.

Komunitas pakan mandiri Jogja ini bukan bertujuan untuk menyaingi usaha pakan pabirikan, namun bertujuan untuk menekan biaya produksi pembelian pakan. Selain itu untuk mengurangi tingkat ketergantungan terhadap pakan pabrikan. Kedepan komunitas ini diharapkan memiliki lokasi produksi yang terpusat agar lebih memudahkan dan efisien dalam pengelolaannya.